Selasa, 19 Februari 2008

SEJARAH RAJA SILAHISABUNGAN

SEJARAH RAJA SILAHISABUNGAN

by. Mayamaya ( sumber : buku memori Silahisabungan / J. Sihaloho )

Menurut buku Tarombo Siraja Batak , Raja Silahisabungan adalah generasi ke -5 dari Siraja Batak . Silsilahnya adalah sbb:

1. Guru Tateabulan dan 2. Raja Isobaon .
1.Guru Tateabulan , mepunyai 5 (lima )orang anak laki-laki , yaitu :
1.1. Siraja Biak – biak .
1.2. Sariburaja
1.3. Limbongmulana.
1.4. Sagalaraja.
1.5. Silauraja.

2. Rajaisobaon, menpunyai 3 ( tiga ) orang anak laki –laki , yaitu:
2.1. Tuan sorimangaraja
2.2. Siraja asi –asi
2.3. Songkar samaridang

Tuan sorimangaraja , mempunyai 3 ( tiga ) anak laki – laki yaitu :
1. Tuan Sorba ni Julu atau nai ambaton , mempunyai kerajaan di pangururan Samosir.
2. Tuan Sorba ni Banua atau nai Suanon, mempunyai kerajaan di balige Toba.
3. Tuan Sorba ni Jae atau nai Rasaon , mempunyai kerajaan di Sibisa puluan .
Tuan Sorba ni Banua , seorang raja yang perkasa di Balige mempunyi 2 (dua ) orang istri ,yaitu Anting
malela boru Pasaribu dan boru Basopait . dari boru Pasaribu lahir anaknya 5 (lima ) orang anak laki –laki ,
yaitu :

1. Raja Sibagot ni Pohan ,mempunyai kerajaan di balige.
2. Raja Sipaittuah, mempunyai kerajaan di Laguboti.
3. Raja Silahisabungan , mempunyai kerajaan di Silalahi.
4. Siraja Oloan mempunyai kerajaan di Bakara.
5. Siraja hutalima tidak mempunyai keturunan .

Dari Borupasopait lahir anaknya 3 (tiga ) orang laki – laki yaitu :
1. Toga Sumba menpunyai kerajaan di Humbang.
2. Toga Sobu, mempunyai kerajaan di Silindung .
3. Toga Pospos, mempunyai kerajaan di Silindung

RAJA SILAHISABUNGAN , diperhitungkan lahir tahun 1300 diLumban Gorat Balige dan meninggal tahun 1450 di Silalahi Nabolak.Raja Silahisabungan terkenal seorang “ Datu Bolon “dan termansyur.
Banyak bertita –berita yang menakjubkan tentang Raja Silahisabungan dan keturunannya yang
tertulis dalam buku Tarombo Siraja Batak maupun ceritanya yang terdapat pada keturunan Tuan Sorbani
Banua maupun marga – marga lain ,merupakan bunga rampe sejarah Raja Silahisabungan.

Perkawinan Silahisabungan dengan Pinggan Matio

Setelah Raja Parultop tiba di Balla, ia disambut istrinya dan anak – anaknya, dengan rasa gembira. Mereka tercengang melihat ikan batak yang begitu banyak , lalu bertanya : “ dari mana ihan batak yang banyak ini ? biasanya bapak membawa daging rusa atau burung sekarang jadi lain, “ kata istrinya. Raja Parultop menerangkan pertemuannya dengan Silahisabungan dan menjelaskan perjanjian mereka tentang rencana perkawinan puterinya dengan Silahisabungan.

Keluarga Raja Parultop merasa gembira mendengar berita itu, lalu mempersiapkan peralatan untuk perkawinan puterinya . setelah tiba hari yang ditentukan berangkatlah Raja Parultop bersama rombongannya ke Silalahi dan setelah tiba diatas bukit Laksabunga, Raja Parultop menyalakan api tanda bahwa mereka sudah datang. Melihat asap api itu, Silahisabungan pun menyalakan api tanda bahwa ia telah siap menyambut kedatangan rombongan Raja Parultop.

Silahisabungan menyambut rombongan Raja Parultop ditepi sungai yang agak dalam airnya. Raja Parultop bertanya dalam hati, mengapa Silahisabungan menyambut kami disungai yang agak dalam airnya ini ? kemudian Silahisabungan berkata : “ Tulang suru hamu ma borumuna I sada – sada rot u bariba on, asa hupillit na gabe par sinondukhu. “ ( paman, suruhlah putrinya menyeberangi satu – persatu supaya kupilih yang menjadi istriku ). Baru Raja Parultop mengerti mengapa Silahisabungan menyambut mereka ditepi sungai itu, lalu menyuruh puterinya satu – persatu menyeberangi sungai itu, dengan menjunjung bakul berisi
tipa – tipa. Dari mulai puteri pertama sampai putrid ke enam, rupanya cantik rupawan, rambutnya bagaikan mayang terurai tetapi satupun tidak mengenai dihati Silahisabungan. Baru putri ketujuh yang rupanya agak jelek dan mata agak kero, Silahisabungan melompat menyambut putrid Raja Parultop dan berkata : “ inilah
pilihanku paman, menjadi istriku, mudah – mudahan paman merestui dan Mulajadi Nabolon memberkati semoga kami menjadi rumah tangga yang bahagia dan mempunyai keturunan yang banyak, “ katanya.

Sebelum diberkati, Raja Parultop masih menanya Silahisabungan lalu berkata : “ Mengapa kau pilih putrid bungsu ini ? perawakannya agak pendek dan rupanya pun jelek, padahal kakaknya semua cantik parasnya “. Kemudian Silahisabungan menjawab : “ paman, memang kakak yang enam orang itu semuanya cantik rupanya, tetapi tidak merasa malu tadi menarik sarungnya keatas lututnya sewaktu menyeberangi sungai ini, “ katanya dengan halus. Sebenarnya gadis yang enam orang itu dilihat Silahisabungan dapat berjalan diatas air karena mereka adalah manusia jadi – jadian ( jolma so begu ) yang dibuat Raja Parultop untuk menguji kedukunan Silahisabungan. Tetapi hal itu tidak dinyatakannya supaya jangan mempermalukan mertuanya. Sejak itulah sungai itu bernama “ Binangsa so maila “.

Raja Parultop dan istrinya merestui dan memberkati anak menantunya, lalu berkata : “ Goarmu ma borungku pinggan matio boru Padangbatanghari, anggiat ma tio parnidaan dohot pansarianmu tu jolo ni ari. Asa boru parsonduk bolon ma ho sipanggompar sipanggabe, partintin na rumiris parsanggul na lumobi, paranak so pola didion, parboru so pola usaon. Panggalang panamu, sipatuat na bosur, sipanangkok na male. Ho pe hela na borju,goarmu silahisabungan, sabungan ni hata sabungan ni habisuhon dohot sabungan ni hadutoan. Nunga dipatuduhon ho habisuhon do hot hadatuonmu na mamillit parsinondukmon, partapian
simenak enak maho perhatian so ra monggal parninggala sibola tali. Asa saut ma ho gabe raja bolon jala na tarbarita, pasu-pasuon ni mulajadi Nabolon,”katanya.

Setelah selesai pemberkatan, rombongan raja Parultop kembali ke Balla, tinggalah silahisabungan dengan pinggan Matio boruPadangbatanghari memulai hidup baru dan membuka kampung bernama huta Lahi. Berselang sembilan bulan, rasa rindu pun mulai bergelora untuk berjumpa dengan orang tuanya.
Diajaknnya silahisabungan pergi ke Balla mengunjungi keluarga. Silahisabungan yang sangat saying kepada isteri tercinta mengabulkan dengan senang hati.

Pada suatu hari pergilah silahisabungan Bersama Pinggan Matio boru padangbatanghari kekampung mertuanya di Balla. Sewaktu mendaki bukit silalahi,isterinya yang sudah hamil tua mulai merasa dahaga. Rasa penat mulai terasa, sehingga mereka mengaso dilereng bukit yang terjal. Rasa haus pinggan Matio mulai mendesak dank arena capeknya ia bersenandung dengan sedih : “ Loja ma boruadi mamboan tua sian mulajadi, mauas ma tolonan ndang adong mangubati. Jonok do berengon sillumalan na so dundungonki,
boha do parsahatku tu hota ni damang parsinuan, dainang pangintubu I, “ katanya. ( sudah lelah aku membawa kandungan, rasa haus tak ada mengobati. Nampak dekat air danau tetapi tak boleh terjangkau, apakah aku sampai dikampung orang tuaku. )

Mendengar keluhan istriku, Silahisabungan mengambil Siorlombing ( tombak ) dari kantongannya, lalu berdoa kepada Mulajadi Nabolon agar diberikan air penghidupan ( mual sipaulak Hosa ) karena Pinggan Matio merasa haus,kemudian silalahisabungan menancapkan Siorlombinmgngnya ke dinsing batu
terjal dan keluarlah air, lalu diminum Pinggan Matio sepus puasnya, Air itulah yang di sebut”Mual Sipaulak hosa,”yang terdapat dilereng bukit Silalalahi Nabolak.Ssetelah rasa haus hilang dan tenaga mulai pulih,mereka meneruskan perjalanan kekampung mertuanya di Balla.

Kedatangan Silalahisabung dan Pinggan Matio disambut keluarga Raja Parultop dengan gembira
apalagi setelah dilihat putridny sudah hamil tua.
Karena pinggan Matio sudah hamil tua, mertua Silahisabungan meminta agar putrinya tinggal di Balla menunggu kelahiran anaknya, karena Silalahi tidak ada teman mereka membantu.
Setelah beberapa bulan mereka tinggal di Balla, Pinggan Matio melahirkan seorang anak Laki – laki. Silahisabungan merasa gembira dan bersyukur karena dia sudah menjadi seorang ayah. Begitu juga Raja Parultop dan istrinya merasa berbahagia karena sudah ada cucu dari putrinya Pinggan Matio. Mereka berencana untuk mengadakan perhelatan besar sambil membuat nam cucunya itu. Rencana itu diberitahukan
kepada menantunya Silahisabungan, yang disambut dengan senang hati.

Raja Parultop mengundang Raja – Raja dan penduduk negeri untuk menerima adapt dari
Silahisabungan sambil menobatkan nama cucu yang baru lahir. Pada pesta perhelatan itu Raja Parultop berkata : “ bapak dan ibu yang kami hormati, sudah lebih satu tahun puteri kami Pinggan Matio berumah tangga dengan Silahisabungan dan telah dianugerahi Tuhan seorang anak laki – laki. Selama ini kami merasa ragu – ragu karena belum terlaksana adapt yang berlaku. Hari ini tibalah saatnya anak menantu kami
membayar adapt sekali gus memberi nama cucu yang baru lahir dan menobatkan ayahnya menjadi Raja.”

Kemudian Raja Parultop mengatakan : “ Nunga lolo raja, jalanunga loho roha, hubanen ma goar ni pahompu on Si Lihoraja.” ( Sudah berkumpul semua Raja, sudah bulat dan puas pikiran = loho roha
kuberikan nama cucuku ini Si Lihoraja), katanya. Beberapa minggu setelah pesta, Raja
Silahisabungandengan istrinya Pinggan Matio kembali ke Silalahi Nabolak. Putera sulung Si Lohoraja
kemudian dojodohkan ( dipaorohan 0 dengan putrid pamannya Ranim Bani boru Padangbatanghari.

Selama dua tahun mereka tidak pernah lagi datang ke Balla. Karena sudah dua tahun tak pernah
datang Raja Silahisabungan dan Pinggan Matio ke Balla, rasa kangen dan rindu Raja Parultop timbul lalu
merkata kepada istrinya : “ Sitingkir jolo borunta tu silalahi, aku sudah rindu] katanya.Bertepatan dengan
kehadiran Raja Parultop di Silalahi Pinggan Matio ,melahirkan anak kedua seorang laki – laki. Kemudian
anak itu diberi nama Tingkir raja atau Tungkirraja.

Pada suatu ketika Raja silahisabungan bertukang membuat tempat tidur ( rusbang ) dari kayu bulat
yang disebut “Sondi” Setelah tempat tidur selesai dikerjakan , Pinggan Matio melahirkan anak ketiga
seorang laki – laki, yang kemudian diberi nama Sondiraja . Raja Silahisabungn nampak bergembira karena
telah mempunyai tiga orang anak laki – laki , tetapi Pinggan Matio terasa kurang bergairah karena belum
diberikan Tuhan anak perempuan.


Hati pinggan matio yang gundah gulana diperhatikan Raja Silahisabungan, lalu ia pergi bersemedi
kegua Batu diatas Huta Lahi. Dia memohon kepada Mulajadi Nabolon agar mereka diberikan seorang anak
perempuan. Idaman Pinggan Matio dan Prmohonan Raja Silahisabungan dikabulkan Mulajadi Nabolon.
Pinggan Matio melahirkan anak keempat seorang perempuan, lalu ia berkata : “ Nunga Gabe jala mamora
ahu, hubahen ma goar ni borunta on Deang Namora,” ( Sudah bahagia dan kaya aku, kuberikan nama Puteri
kita Deang Namora =Kaya) katanya kepada Raja Silahisabungan dengan Suka cita. Raja Silahisabungan
juga merasa bahagia karena permintaannya terkabulkan.

Kemudian Pinggan Matio melahirkan anak kelima, seorang anak laki – laki. Pada waktu kelahiran
anak kelima ini, raja Silahisabungan baru mengganti atap rumah yang terbuat dari kayu butar. Oleh karena
itu mereka membuat nama anak kelima ini Butarraja atau Sidabutar / Sinabutar.

Pada waktu kelahiran anak keenam, Raja Silahisabungan sedang berada di pulau Samosir untuk
mencari tanah kosong menjadi milik keturunannya kelak. Tanah itu kemudian disebut “ Luat Parbaba.”
Setelah Raja Silahisabungan kembali dari seberang ( Bariba) dijumpainya telah lahir seorang anak laki-laki.
Karena ia baru tiba dari Bariba ( seberabg ) maka diberilah nama anak itu Dabaribaraja atau Sidabariba.

Kelahiran anak Raja Silahisabungan yang ketujuh ditandai dengan terjadinya peristiwa alam. Pada
saat Pinggan Matio melahirkan, turun hujan lebat sehingga terjadi tenah longsor ( tano bongbong ) di
Silalahi Nabolak. Karena Tano Bongbong ( Tanah Longsor ) itu mengagetkan Raja Silahisabungan dan
Pinggan Matio, maka mereka membuat nama laki – laki yang baru lahir itu Debongraja = Debangraja atau
Sedebang.

Anak Raja Silahisabungan yang kedelapan bernama Baturaja atau Pintubatu. Pada waktu kelahiran
anak bungsu Pinggan Matio ini, Raja Silahisabungan sedang bersemedi di Gua batu diatas Huta Lahi. Saat
melahirkan itu, Pinggan Matio merasa lelah karena Faktor usia, sehingga mengerang minta bantuan.
Lohoraja yang melihat ibunya mengerang pergi mamanggil Raja Silahisabungan. Raja Silahisabungan buat
obat salusu ( obat penambah tenaga ), Boru Pinggan Matio melahirkan seorang anak Laki – laki. Karena
Silahisabungan dipanggil dari Gua Batu maka diberilah nama anak itu Baturaja atau Pintubatu. Dengan
kelahiran Baturaja maka anak Raja Silahisabungan dari Pinggan Matio boru Padangbatanghari berjumlah
delapan orang, tujuh orang anak laki – laki dan seorang puteri.

Semenjak kelahiran Baturaja, Raja Silahisabungan selalu manandanghon Hadatuon (Bertanding
ilmu) ke Samosir, Simalungun dan Tanah Karo.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

jd dgn tambunan gmn?

Raja Silahisabungan mengatakan...

Cerita na masuk akal, tapi ada yg mengganjal di hati saya..

bukan na Deang Namora keturunan Raja Silahisabungan yg paling kecil (siapudan) setelah Tambun raja ?

Unknown mengatakan...

ini lah crita yg sbnarnya 1281 yang lain mengada-ada,
klw cerita itu tdak benar tdk mngkin bediri TUMARAS